Selasa pagi tiba-tiba merasakan ada sakit di bagian tenggorokan kiri. Untuk menelan sakit dan terasa mengganjal. Sial, kenapa lagi?
Sakitnya makin menjadi setelah meeting dan ngomong aja nggak nyaman? Hm.. Mungkin dengan minum teh tawar hangat bisa menghilangkan sakitnya ya.. Ternyata enggak T_T
Rasa mengganjal makin melebar. Awalnya di bagian kiri bawah, menjadi menyeluruh. Menelan makin susah. Jadi takut dan cemas, akhirnya aku putuskan untuk WFH dan berencana ke klinik nanti malam.
Malam pun tiba, suaraku serak dan lebih pelan. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa aku diduga radang dan kena virus. Saat ia cek leherku, tidak ada benjolan di leher. Misal tidak ada perubahan, dua hari lagi aku harus ke sana lagi.
Dua hari tidak ada perubahan dan aku ingin segera sembuh, akhirnya aku ke RS Mayapada. Dengan suaraku yang hilang, aku ke sana menjelasakan kronologi dan gejala yang kurasakan.
Dokter THT memeriksa dengan menggunakan metode endoskopi. Telinga, hidung, dan tenggorokanku jadi target periksanya. Beliau menemukan ada pembengkakan di amandel kiri dan bengkak di pita suara. Ini semua akibat dari kelelahan dan asam lambung yang sudah naik ke tenggorokan. Tak hanya menyarankan untuk izin sakit dan fokus istirahat, ia sangat merekomendasikan agar aku puasa ngomong (vocal rest)
Dok, sungguh aku ingin sekali ambil izin sakit tapi tugas yang harus kulakukan cukup banyak. Akhirnya kuputuskan untuk WFH saja, walau sejak aku sakit, waktuku bekerja hanya lebih dari lima jam saja.
Sekarang hari Sabtu. Pagi-pagi suaraku masih hilang tapi lucunya sejak berantem sama Mama di kos (ya gegara ceramah kebersihan) suaraku langsung pulih hingga sekarang. Hanya saja batuknya sudah lebih sering dibanding kemarin.
Aku harap, situasi dan kondisiku sekarang dan nanti lebih baik, sehingga aku tidak perlu dapat injeksi sebagai bentuk tindak lanjut tindakan dari dokter.
Saranku, tidur yang cukup dan makan tepat waktu. Next-nya aku mungkin akan menulis bagaimana aku bisa membayar medical treatmentku yang habis dua juta dengan asuransi.
Aku selalu ketakutan:
Kalo aku harus stuck di lingkungan kerja yg nggak nyaman
Kalo aku nggak dapat the one karena social pressure dan membuat pikiran kalem di tengah malam tuh susah banget
Aku nggak punya waktu cukup
Aku kekurangan perhatian dari orang2
Aku nggak punya uang
Aku kena kanker dan penyakit serius lainny
Menjadi beban bagi orang lain
Kehilangan orang tua
Malam penuh kecemasanku kembali lagi.
Berharap pada Google dan aku catat tips untuk memulihkan reputasi.
Kalau sudah dapat gaji, rasanya kayak orang kaya.
Bebas bisa makan apa aja, bisa sering-sering minum kopi di tempat favorit.
Ya sebenarnya nggak apa-apa juga sih. Menikmati hasil kerja keras selama ini, tapi kok kalo dihitung-hitung.....Hayooo hihihi
Aku bayar workshop yang isinya masih kuragukan manfaatnya. Seharga 450ribu Selain itu aku bayar buat fun run.
Sedangkan besok aku akan ke klinik kesehatan, kira-kira akan habis 400 ribu. Untung ada dana cadangan. Sebenarnya, kalo bisa, uang cadangan ini jangan aku sentuh sampai tanggal tua hehehe. Tapi rupanya ini lebih urgent. Demi kemaslahatan hidup bersama.
Alamat spending days di kos aja ya hihi
Semalam aku kesal karena rencana kejutan ulang tahun ke pacar tidak sesuai ekspektasi. Hari ini pun dia kerja padahal aku sudah ambil cuti agar bisa merayakan.
Ya bagaimana lagi?
Untuk mengobati sedihku, aku akan hunt bis tingkat dengan atap terbuka. Dengar-dengar menunggunya butuh waktu lama. Hm... Mending aku bawa buku deh
Semoga kita mencintai dengan berani
Hari ini badanku pegal
Lemes pengen tidur
Tapi aku harus bikin Click Up
Aku overwhelmed.
Sialan kenapa menu starbucks mahal!
Masa iya aku harus tahan sampe jam 4 sore nanti
Sedang asyik menikmati keseloan Yogyakarta, tiba-tiba dapat kabar Bendungan Hilir (Benhil) terkena banjir. Tingginya sudah sepaha orang dewasa.
Berbagai skenario muncul di kelapa eh kepala. Dari skenario kos tergenang sampai skenario yang akan terjadi saat saya tiba di Jakarta. Konon, Benhil kawasan langganan banjir, jadi, tidak heran lagi. Tapi momen Jakarta banjir di awal tahun ini cukup mengundang reaksi gaduh. Banjir kali ini juga "menular" ke Bekasi, Tangerang dan Bandung. Pada tanggal 1 Januari, teman ayah menelepon bahwa ia harus kembali ke Bekasi dari lawatan di Yogyakarta karena banjir di rumahnya sudah mencapai 20 sentimeter. Tak lama kemudian, sahabat saya mengabarkan bahwa kompleks perumahannya aman dari banjir, namun tidak di area kakak iparnya. Kakak iparnya harus dievakuasi. Kabar ular yang ikut berenang di Bekasi bukan isapan jempol belaka karena tak jauh dari sana, sudah ditemukan ular-ular kecil berenang bebas santuy.
Tak kalah pentingnya adalah sorotan media perihal kebijakan naturalisasi sungai yang dianggap gagal. Singkatnya ada perbedaan pendapat antara Anies Baswedan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP). Menurut Anies, titik hulu menjadi fokus penyelesaian masalah (ini sebelum banjir terjadi). BNBP tidak sependapat karena permasalahannya bukan di hulu atau hilir, melainkan hulu dan hilir. Dua titik itu yang harus diselesaikan bersama-sama.
Saya sebagai penumpang di Jakarta hanya bisa berdoa, semoga banjir di semua titik bisa surut supaya kami bisa beraktivitas lagi. Ya meskipun menurut BMKG mengatakan bulan Februari dan Maret puncak-puncaknya hujan, tapi semoga kita berada di lindungan Sang Kuasa. Aamiin.
Sayang, hari ini aku menemukan teman baru
Energinya bisa aku baca jelas, obrolan kami mengalir, dan maaf ada bagian darinya yang menggoda
Tapi jangan takut, kamu masih pusat gravitasiku
Sayang, tadi ia membaca tentang kita. Netral tonality-nya.
Tapi yang jelas, semoga ini membantu kita melangkah ke depannya, ya
Tak sabar menunggumu di Jakarta
She/ her; A quiet one with loudest mind. Uttering any thoughts and recounting.
86 posts