Feel it. The thing that you don’t want to feel. Feel it, and be free.
Nayyirah Waheed (via wordsnquotes)
// Baby You’re Bad //
Mengapa karya-karya seni bisa dibilang aliran musik (genre) dan beberapa budaya-budaya yg kuat mengakar dan populer justru terbentuk di tengah-tengah kapitalisme? Dan anehnya budaya atau karya seni tersebut awalnya adalah sebuah bentuk perlawanan terhadap kapitalisme namun pada akhirnya budaya atau seni tersebut justru menjad pasar bagi kapitalisme itu sendiri. Apakah setiap budaya atau seni yg lahir ditengah-tengah kapitalisme selalu dibajak untuk dijadikan pasar bagi para kapitalis? Atau bagaimana kah?
For you suck!
Judul di atas saya ambil dari sebuah tulisan yang menggelitik menurut saya. tulisan yg terpampang jelas di dalam kampus saya, di kampus kedua, Unsoed. Tulisan yg tampak jelas jika kita jeli melihatnya di pertigaan di sebuah jalan di dalam kampus yang bernama jalan perjuangan, jalan yang sudah tidak lagi terlihat geliat perjuanganya. Tulisan yg bernada kritik terhadap intitusi tempat saya belajar itu dibuat oleh salah satu corong pengkritik kebijakan kampus, merekalah LPM Solidaritas. Mereka mengkritik kampusnya berbiaya mahal dengan fasilitas yang biasa saja. Mengkritik para mahasiswa barunya yg kebanyakan memilih Unsoed sebagai pilihan kedua, kampus kelas dua dengan anggapan Unsoed sebagai kampus berbiaya murah. Untuk sebuah kampus idaman memang menurut saya kampus ini berbiaya mahal dengan fasilitas yang minim dan pengajar yg kurang begitu bergairah. Namun, bagi mereka yg memilih Unsoed sebagai pilihan kedua anggapan mereka mungkin Unsoed kampus yg murah untuk sekedar transit sambil menunggu tahun depan kembali mencoba mendaftar kampus impian mereka. Sedikit tafsiran saya untuk tulisan tersebut walaupun pada akhirnya tidak lagi terpampang untuk alasan tertentu. Sambutan yg mengangumkan untuk sebuah awal perkuliahan.
Mostly “ngantuk” when swim on 13 degree celcius water. Makanya bakar rokok dulu biar anget. Swim, smoke, and relaaaax broh.
Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran yang kamu jalani, yang akan membuatmu terpana, hingga kamu lupa pedihnya rasa sakit
Ali bin Abi Tholib
I have this, it's totally suck. I dont like to be old man, i hope i can turnback to teen years drink a beer everytime and not thinking about many problem that oldman think.
Peduli saja dengan diri sendiri, oranglain mana mungkin peduli. Abaikan. Masing-masing saja. Ego yg butuh disini bukan lagi empati. Yang sekarang ada, saya bukan kita. Iya, itu saya sendiri. Hanya sendiri. Tak perlu ada kamu. Iya, kamu yg juga berpikir dirimu sendiri. Duniaku sekarang? Hanya ada aku. Duniamu? Pikirkan saja duniamu, aku sudah tidak peduli. Iya, untuk apa aku menulis tentangmu? Aku hanya ingin menulis “aku” yang tanpa kamu, apalagi kita. Aku hanya ingin, cukup aku. Iya, aku, sendiri.
Purwokerto, 24 April 2016 Sesuatu tentang ke aku-an ku, egoism.