😍😍😍
Kisah Cinta Salman Al Farisi Yang Menggetarkan Hati. Sebuah Bukti Cinta Tak Harus Memiliki. . Ada banyak kisah cinta dua umat manusia yang melegenda di dunia ini, mulai dari kisah cinta roman ala Shakespeare, hingga kisah cinta Islami Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Az Zahra yang indah. Namun pada kesempatan kali ini, kita akan mengintip bagaimana kisah cinta Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu yang akan menginspirasimu.
Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu adalah seorang pemuda Persia. Salman Al Farisi tak lain adalah mantan budak di Isfahan, salah satu daerah di Persia. Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu adalah sahabat Rasulullah yang spesial. Ia terkenal dengan kecerdikannya dalam mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota Madinah pada saat kaum kafir Quraisy Mekkah bersama pasukan sekutunya menyerbu Rasulullah dan juga kaum muslimin dalam perang Khandaq. Ada sekitar dua puluh empat ribu pasukan musuh dibuat kalah, karena parit yang diusulkan Salman Al Farisi dan tentu saja karena pertolongan Allah yang mendatangkan angin topan. Musuh agama Allah itu pulang dengan tangan hampa dan hati kecewa karena kalah perang. Sejak itu nama Salman Al-Farisi Radhiallahu’anhu makin bersinar di kalangan para sahabat.
Sedangkan untuk kisah cintanya, Salman Al Farisi merasakan jatuh cinta ketika Rasulullah dan kaum muslimin hijrah menuju kota Madinah. Maka di kota inilah Salman Al Farisi Radhiallahu’anhu berniat untuk menggenapkan separuh agamanya dengan menikah. Saat itu diam-diam Salman Al Farisi menaruh perasaan cinta kepada seorang wanita muslimah Madinah nan sholihah yang disebut kalangan Anshar. Maka dia pun memantapkan niatnya untuk melamar wanita pujaan hatinya.
Namun sayangnya ada sesuatu yang mengganjal di hati Salman Al Farisi ketika hendak melamar. Salman Al Farisi merasa asing, karena dia adalah penduduk baru dan jelas belum mengetahui bagaimana adat melamar wanita di kalangan masyarakat Madinah dan bagaimana dengan tradisi Anshar saat mengkhitbah wanita. Demikianlah hal yang dipikirkan Salman Al Farisi, dia tak tahu mengenai budaya yang diterapkan di kota yang baru ini dan jelas tak bisa sembarangan tiba-tiba datang mengkhitbah wanita tanpa persiapan matang.
Hingga akhirnya Salman Al Farisi mendatangi seorang sahabatnya yang merupakan penduduk asli Madinah, yaitu Abu Darda. Ia bermaksud meminta bantuan dari sahabatnya, Abu Darda untuk menemaninya saat mengkhitbah wanita impiannya. Setelah mendengar cerita sahabatnya tersebut, Abu Darda pun begitu girang. Ia pun memeluk Salman Al Farisi dan bersedia membantu dan juga mendukung sahabatnya itu. Tak ada perasaan ragu bahkan menolak dalam diri seorang Abu Darda. Dan inilah kesempatan Abu Darda untuk membantu saudara seimannya.
Setelah sebuah persahabatan yang indah itu menolong Salman Alfarisi, maka beberapa hari kemudian ia mempersiapkan segala sesuatunya, Salman Al Farisi pun mendatangi rumah sang gadis dengan ditemani sahabatnya itu. Keduanya merasa begitu gembira selama perjalanan. Setiba di rumah wanita sholihah tersebut, keduanya pun diterima dengan baik oleh sang tuan rumah, yang tak lain adalah orang tua wanita Anshar yang dicintai oleh Salman Al Farisi.
Abu Darda pun memperkenalkan dirinya dan memperkenalkan Salman Al Farisi, ia pun menceritakan mengenai Salman Al Farisi yang berasal dari Persia dan kini telah berhijrah ke Madinah. Abu Darda juga menceritakan mengenai kedekatan Salman Al Farisi yang tak lain adalah sahabat Rasulullah. Dan terakhir adalah maksudnya untuk mewakili sahabatnya itu untuk melamar.
Mendengar itu semua, maka si tuan rumah merasa sangat terhormat. Ia senang akan kedatangan dua orang sahabat Rasulullah. Ditambah lagi karena salah satunya bahkan berkeinginan melamar putrinya. Namun hal itu tidak membuat sang ayah langsung menerimanya. Karena seperti yang diajarkan Rasulullah, bahwa sang ayah harus bertanya bagaimana pendapat putrinya mengenai lamaran tersebut. Karena jawaban itu adalah hak dari putrinya secara penuh.
Sang ayah pun lalu memberikan isyarat kepada istri dan juga putrinya yang berada dibalik hijabnya. Ternyata sang putri telah mendengar percakapan sang ayah dengan Abu Darda. Maka wanita muslimah tersebut ternyata juga telah memberikan pendapatnya mengenai pria yang melamarnya. Berdebarlah jantung Salman Al Farisi saat menunggu jawaban dari balik tambatan hatinya, tak hanya itu Abu Darda pun menatap gelisah pada wajah ayah si gadis. Dan tak begitu lama semua menjadi jelas ketika terdengar suara lemah lembut keibuan sang bunda yang mewakili putrinya untuk menjawab pinangan Salman Al Farisi.
“Mohon maaf kami perlu berterus terang”, kalimat itu membuat Salman Al Farisi dan Abu Darda berdebar menanti jawaban. Manusiawi, karena Salman Al Farisi dan Abu Darda hanyalah manusia biasa juga seperti kita. Maka perasaan tegang dan gelisah pun segera menyeruak dalam diri mereka berdua.
“Namun karena kalian berdualah yang datang dan mengharap ridho Allah, saya ingin menyampaikan bahwa putri kami akan menjawab iya jika Abu Darda juga memiliki keinginan yang sama seperti keinginan Salman Al Farisi”. Sungguh jawaban yang mengagetkan, wanita yang diidam-idamkan untuk menjadi istri Salman Al Farisi, justru memilih Abu Darda yang hanya ingin membantu pinangan sahabatnya. Takdir Allah berkehendak lain, cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi itulah ketetapan Allah menjadi rahasia-Nya, yang tidak pernah diketahui oleh siapapun kecuali oleh Allah.
Jika seperti pria pada umumnya, maka hati Salman Al Farisi pasti hancur berkeping-berkeping. Ia akan merasakan kehancuran yang teramat sangat. Tapi berbeda dengan pria lainnya, Salman Al Farisi merupakan pria sholih, taat, dan juga seorang mulia dari kalangan sahabat Rasulullah. Dengan ketegaran hati yang luar biasa ia justru menjawab, Allahu Akbar. Salman Al Farisi girang, bahkan ia justru menawarkan bantuan untuk pernikahan keduanya. Tanpa perasaan hati yang sakit, ia dengan ikhlas memberikan semua harta benda yang ia siapkan untuk menikahi si wanita itu. Bahkan mahar dan nafkah yang telah dipersiapkan diberikan kepada Abu Darda. Ia juga akan menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu.
Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi yang begitu faham bahwa cinta, kepada seorang wanita tidaklah memberinya hak untuk memiliki. Sebelum lamaran diterima, sebelum melaksanakan ijab qabul diikrarkan, cinta tidak menghalalkan hubungan dua insan. Tak hanya itu, ia juga sangat faham akan arti persahabatan sejati.
Imam As-Syafi’i pernah menyampaikan nasihat kepada muridnya,
“Saudaraku, kalian tidak akan pernah mendapatkan ilmu, kecuali dengan 6 perkara ini. Akan kukabarkan kepadamu secara terperinci, yaitu dzakaa-un (kecerdasan), hirsun (semangat), ijtihaadun (cita-cita yang tinggi), bulghatun (bekal), mulazamatul ustadzi (duduk dalam majelis bersama ustadz),dan tuuluzzamani (waktu yang panjang).”
https://laninalathifa.wordpress.com/2015/07/10/distraksi/
Dalam cinta, aku tak pernah takut salah. Aku lebih takut kalah. Karena kalah berarti, aku dan kau berpisah.
Tia Setiawati (via karenapuisiituindah)
Manusia punya banyak cara untuk menunjukan eksistensinya. Apalagi di zaman yang serba "terbuka" seolah tiada privasi semua orang mempunyai akses untuk menunjukan keberadaannya bahkan ketika orang tersebut di dunia nyata pemalu atau tidak komunikatif sekalipun. Mungkin memang begitu hakikatnya manusia, ingin selalu di puji, ingin terlihat dan diperhatikan. Tak ada yang salah dengan hal tersebut, toh sebagai manusia kita dapat memilih untuk terlihat ataupun tidak ingin terlihat. Karena kebahagiaan sejati bukanlah hanya yg tampak dipermukaan. Pun kesedihan bukan yang tidak pernah terlihat dipermukaan. Semua itu pilihan, ingin mengabadikan eksistensi di dunia maya atau menjadi sebenar-benar eksis dengan bermanfaat bagi mahluk lain meskipun tak pernah terlihat.
Aku harus belajar meletakkan beban pada tempatnya. Hatiku tidak cukup kuat untuk bertahan, andai sandaranku pada Tuhan masih rapuh. Jadi, lepaskan hatimu dari terikat dengan risau yang berpanjangan, berikan hatimu peluang untuk terus tenang. Tenang itu bahagia yang selalu mendamaikan hati. =)
(via penulisbuta)
Jangan lemahkan dirimu hanya karena keadaan. Banyak manusia lain yang lebih keras hidupnya namun tak pernah lelah mengeja makna berjuang. Karena hidup bukan untuk berlemah-lemah, Dit
Semoga Allah mengizinkan kelak dari rahim ini dititipkan anak anak sholeh/sholeha yang dapat menyelamatkan keluarga dan agama. Terimakasih udah menemani ibuk (panggilan mereka😂) beberapa bulan ini, lain waktu pertemuan kalian sudah dikelas tinggi makin baik budinya makin bagus prestasinya jadi peneduh mata kedua orangtua ya nak. PS: itu plastik dibelakang plastik jualan. Ini lokasinya di kantin sekolahan .
Bagaimana menurutmu, jika aku tidak dapat jatuh cinta dengan adam lainnya selain dirimu? Bagaimana?
Allah Punya Rencana Indah
Ingatlah sayang, bahwa kebaikan yang kau buat tak harus mendapatkan balasan kebaikan pula.
Allah tahu porsi mu sebagai hamba. Allah sudah tetapkan segala sesuatu. Allah paling mengetahui segala isi hati dan segala yg terjadi.
Jangan pernah risaukan , apa-apa yang belum menjadi milikmu. Mimpi-mimpi yang belum tercapai yang bukan saat ini harus tercapai.
Dari sini kamu belajar, belajar akan hakikat pentingnyalingkungan yg baik, pentingnya kerja keras, pentingnya selalu bersandar dan berdoa kepada Allah ❤
Tidak ada yg mustahil jika Allah berkehendak. Kun Faya Kun !
Bismillahirrahmairahim
Ingin setegar Ibunda Khadijah R.A binti Khuwailid, secerdas Aisyah binti Abu Bakar| Pencari Ridho-Nya dan Pengagum umat terbaikNya Rasullah Muhammad SAW♡ Punya mimpi untuk menjadi orang berguna
242 posts